Sebuah profesi selalu menuntut pelaksanaan tugas yang maksimal apalagi kalau bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat, salah satunya adalah profesi Polisi. Polisi sebagai Alat negara penegak Hukum sekaligus pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat harus benar memahami bagaimana profesi ini harus bekerja dan bersikap di masyarakat. Bila kita simak secara sepintas sepertinya peran Polisi mengandung dualisme tugas di sisi kehidupan yang begitu kontras yaitu "antara melayani masyarakat dan penegakan atau supremasi Hukum".
Ada 2 hal sikap yang berlawanan yang harus dikuasai seorang anggota Polri. dalam Melayani mereka dituntut untuk bisa bersikap lemah lembut, good excellent dalam service layaknya seorang resepsionis Hotel yang ramah-ramah dan disisi lain juga dituntut untuk bisa selalu tegas dan keras "bukan dalam arti fisik" dalam penegakan Hukum. dualisme sikap inilah yang mungkin menjadikan polisi satu-satunya institusi yang"paling dicari dan dibenci".
berbicara tentang hal ini saya teringat akan program trust Building yang dicanangkan Polri. Memang seharusnya "trust building" menjadi sebuah langkah Polri di awal reformasi Polri karena logikanya kalau masyarakat sudah percaya maka apa yang menjadi tujuan polri menciptakan perasaan aman di masyarakat bisa lebih mudah dicapai, upaya-upaya kerjasama akan juga lebih mudah dilaksanakan.
"Sebuah kepercayaan masyarakat" itulah yang harus ada dan benar-benar dijaga oleh institusi ini, dan ini berkaitan erat dengan masalah citra kepolisian. kita akui memang saat ini citra polisi selalu dan masih terpuruk, namun keterpurukan profesi polisi ini semoga tidak menjadikan para bhayangkara-bhayangkara bangsa menjadi nglokro dalam artian kehabisan semangat, karena bagaimanapun juga "kembali ke awal" polisi tetap selalu dicari. kemana lagi masyarakat dan media melihat apabila ada suatu kejahatan disuatu tempat kalau tidak ke Polisi ?
dengan alasan itulah menurut saya untuk bisa membangun kepercayaan terhadap institusi, seorang polisi dituntut untuk selalu pandai berperan dan bersikap secara benar disegala medan sosial masyarakat. jangan lagi menjadi polisi jadul yang terkadang masih memanfaatkan masyarakat untuk kepentingan tertentu atau golongan
ditulis oleh erwin susetya, SH
Ada 2 hal sikap yang berlawanan yang harus dikuasai seorang anggota Polri. dalam Melayani mereka dituntut untuk bisa bersikap lemah lembut, good excellent dalam service layaknya seorang resepsionis Hotel yang ramah-ramah dan disisi lain juga dituntut untuk bisa selalu tegas dan keras "bukan dalam arti fisik" dalam penegakan Hukum. dualisme sikap inilah yang mungkin menjadikan polisi satu-satunya institusi yang"paling dicari dan dibenci".
berbicara tentang hal ini saya teringat akan program trust Building yang dicanangkan Polri. Memang seharusnya "trust building" menjadi sebuah langkah Polri di awal reformasi Polri karena logikanya kalau masyarakat sudah percaya maka apa yang menjadi tujuan polri menciptakan perasaan aman di masyarakat bisa lebih mudah dicapai, upaya-upaya kerjasama akan juga lebih mudah dilaksanakan.
"Sebuah kepercayaan masyarakat" itulah yang harus ada dan benar-benar dijaga oleh institusi ini, dan ini berkaitan erat dengan masalah citra kepolisian. kita akui memang saat ini citra polisi selalu dan masih terpuruk, namun keterpurukan profesi polisi ini semoga tidak menjadikan para bhayangkara-bhayangkara bangsa menjadi nglokro dalam artian kehabisan semangat, karena bagaimanapun juga "kembali ke awal" polisi tetap selalu dicari. kemana lagi masyarakat dan media melihat apabila ada suatu kejahatan disuatu tempat kalau tidak ke Polisi ?
dengan alasan itulah menurut saya untuk bisa membangun kepercayaan terhadap institusi, seorang polisi dituntut untuk selalu pandai berperan dan bersikap secara benar disegala medan sosial masyarakat. jangan lagi menjadi polisi jadul yang terkadang masih memanfaatkan masyarakat untuk kepentingan tertentu atau golongan
ditulis oleh erwin susetya, SH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar